“Kebutuhan Akan
Allah”
(Iman dan
Kerendahan Hati)
Matius
15 : 21-28
By. Aprys Radja
Mari kita
melanjutkan penyembahan kita dengan mengarahkan seluruh perhatian kita kepada
firman Tuhan; dan hari ini kita akan meneruskan pembahasan kita mengenai “pengenalan
akan Allah”. Minggu lalu kita telah melihat mengenai subjek ini dan saya ingin
kita terus memperhatikan perkara ini dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana Yesus
berkata dalam doa-Nya : “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus”. Sungguh, betapa pentingnya hal ini dan yang juga merupakan
kerinduan Allah yaitu agar kita semua mengenal-Nya. Apakah kita rindu untuk
mengenal Allah?. Jika demikian, mengapa hingga hari ini kita memiliki masalah
dalam hal ini?. Sebab kata mengenal di sini bermakna memiliki hubungan yang
personal, dimana saudara dan saya mengenal-Nya melalui mengalami-Nya secara
pribadi.
Adakah manusia yang membutuhkan Allah?
Ada satu masalah
yang secara serius dinyatakan oleh Yesus dalam satu perumpamaan-Nya, yaitu
perumpamaan mengenai tamu-tamu yang di undang (Lembaga Alkitab Indonesia
memberi judul : Perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih-Lukas 14 :15-24).
Dalam perumpamaan itu kita menemukan bahwa pada akhir kisah, Yesus mengatakan
bahwa tidak ada satupun dari mereka yang diundang itu akan menikmati jamuan-Nya.
Apa yang dapat kita perhatikan dari cerita ini?. Apa yang terlihat di sana?. Bahwa
mereka yang di undang tidak datang ke jamuan tersebut. Mereka menolaknya secara
halus dengan minta dimaafkan, dengan cara yang sopan. Kelihatannya mereka ini
adalah orang-orang yang memahami tatakrama, bukan?. Mulai dari orang yang telah
membeli ladang, 5 pasang lembu kebiri hingga yang baru saja kawin, mereka semuanya
tidak datang.
Ketika memikirkan
hal ini dan memandang kepada tema yang sedang kita bahaskan ini, saya mengerti,
inilah masalahnya saat ini : “tidak semua orang yang benar-benar membutuhkan Allah”
dan oleh karena itu mengutamakan pengenalannya akan Allah, sekalipun Allah
mengundang semua orang untuk memiliki persekutuan dengan-Nya. Harta kepemilikan
mereka begitu penting bagi mereka, pekerjaan mereka begitu sangat utama bahkan
yang lainnya, adalah kehidupan pernikahan mereka. Semua hal ini begitu penting
sehingga mengalahkan kasih mereka akan Allah. Dan apa yang kita lihat dari
semua hal ini?. Semuanya ini mewakili hal-hal yang wajar dalam kehidupan setiap
orang, bukan?. Mereka memang tidak berbohong tentang apa yang memang sedang
mereka kerjakan. Namun adakah orang yang mengutamakan Allah di atas segalanya?.
Adakah yang rela kehilangan apapun demi mengejar pengenalan akan Allah?.
Sikap manusia terhadap harta milik, pekerjaan dan hidup pernikahannya!.
Sangat disayangkan
karena inilah yang sering saya temukan dalam pelayanan saya yaitu bahwa harta
benda, pekerjaan dan pernikahan seringkali menggusur kebutuhan seseorang akan
Allah, demikian juga akan persoalan-persoalan rohani, akan kehidupan yang
kekal. Mengapa?. Karena kepada hal-hal inilah manusia menunjukkan seluruh
perhatiannya; kepada kepemilikan harta
benda, kepada pekerjaannya dan kepada kehidupan pernikahannya. Bukankah ini
kenyataannya, yaitu bahwa pernikahan adalah hal yang di idam-idamkan oleh kebanyakkan
orang, dimana mereka bekerja, menabung dengan suatu harapan bahwa suatu saat
nanti, mereka akan mendapatkan isteri atau suami, anak, dan kemudian menjalani
suatu kehidupan yang mapan?. Semua hal ini tidaklah salah namun ia akan menjadi
bencana dalam hidup rohani saudara jika hal-hal tersebut menjadi sangat penting
sehingga anda tidak mengejar pengenalan akan Allah. Sangat disayangkan!.
Bagaimana dengan kita?. Masih ingatkah saudara akan kotbah saya yang
sebelumnya?. Pada akhir kotbah, saya mengatakan singkirkanlah segala berhala
yang menghalangi saudara untuk mengenal Allah, untuk mengalami-Nya.
Teladan seorang perempuan Kanaan
Nah, hari ini,
berhubungan dengan hal ini, saya ingin kita melihat satu kisah yang sungguh
berkesan di hati saya, satu kisah yang sangat menyentuh ke dalam hati saya. Ia
merupakan kisah mengenai seorang perempuan yang bahkan bukanlah seorang Yahudi
namun yang mengalami mukjizat Allah melalui Yesus. Ia adalah seorang perempuan Kanaan,
perempuan yang berasal dari daerah Tirus dan Sidon (Matius 15 : 21-28). Saya
ingin saudara membacanya dan memperhatikan dengan baik cerita ini. Saya ingin saudara
dapat melihat hubungannya dengan tema kita ini, yaitu pengenalan akan Allah.
Apa yang saudara
lihat di sana?. Diceritakan bahwa perempuan ini datang dan meminta Yesus untuk
menolong anaknya yang sangat menderita karena kerasukan setan. Tetapi apa yang
saudara lihat? “Yesus tidak menjawabnya”. Bahkan murid-murid Yesuspun meminta
agar Yesus menyuruh perempuan ini pergi. Saya merenung; saya tidak tahu
bagaimana perasaan kita jika kita saat ini berada pada posisi perempuan Kanaan
ini!. Tetapi perhatikanlah perempuan ini, apakan ia mundur?. Tidak, ia terus
memohon kepada Yesus. Dan sekali lagi, bagaimana respon Yesus terhadap
permintaannya?. Apakah jawab Yesus?. “Aku di utus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel”. Sungguh sebuah jawaban yang menghancurkan segala
harapan yang ada, bukan?. Namun sekali lagi, apakah perempuan ini mundur?.
Tidak, ia malah mendekat dan tersungkur di depan Yesus dan berkata : “Tuhan,
tolonglah aku”. Tetapi sekali lagi, untuk yang kesekian kalinya, bagaimana
respon Yesus terhadap perempuan ini?.
Jawaban semacam apa yang ia terima dari Yesus? : “tidak patut mengambil roti yang
disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Sungguh perkataan
yang menyesakkan hati, bukan?. “Anjing”, bayangkan ini!. Dan tidak ada istilah
di kalangan orang Yahudi bagi orang-orang asing yang lebih kasar dari hal ini.
Sekarang pikirkan
dengan baik kejadian ini dan tempatkanlah diri saudara di posisi perempuan ini.
Saya tidak dapat membayangkan, reaksi dan respon semacam apa yang akan ada di
pihak kita. Apakah mundur? “itulah kemungkinan terbesarnya” bahkan disertai
umpatan kepada Yesus. Bukan begitu?. Kita berkata : “Rabi macam apa yang
mengatakan perkataan semacam ini”. Apakah benar Dia adalah yang di utus dan di
urapi Allah?. Sepertinya tidak. Seperti itulah sikap dan cara kita berpikir tentang Yesus.
Iman yang besar dari seorang perempuan Kanaan
Namun biar kita
lihat sikap perempuan ini. Apakah yang diberitahukan kepada kita mengenai
perempuan ini?. Apakah reaksinya?. Apakah ia menjadi sedih dan mundur ataupun
mengatakan suatu kalimat umpatan terhadap Yesus?. Kecewakah ia?. “Tidak”, malah
yang ada adalah suatu respon sangat luar
biasa. Ia berkata : benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh
dari meja tuannya. Benar-benar reaksi yang luar biasa, yang tidak terduga dari
seorang perempuan Kanaan, yang bahkan sangat sulit ditemukan dikalangan orang
Yahudi maupun dikalangan orang Kristen, termasuk kita, yang menyatakan diri
sebagai Umat kepunyaan Allah. Tanyakan kepada diri saudara : kira-kira, apakah
yang akan diperbuat oleh kita jika kita diperlakukan dengan cara yang demikian?.
Namun perempuan ini menunjukkan sikap yang luar biasa dan oleh karenanya Yesus
berkata dengan kata-kata yang penuh penghormatan terhadap perempuan ini. Ia
berkata : Hai ibu (perhatikan; Yesus memanggilnya ibu), besar iman mu, maka
jadilah kepada mu seperti yang kau kehendaki.
Saya teringat akan
perkatan Tuhan kepada Petrus dimana Ia berkata : enyahlah, engkau Iblis, engkau
satu batu sandungan buat ku”. Bagaimanakah sikap saudara jika saudara berada di
posisinya Petrus?. Dalam Alkitab terdapat banyak sekali kata-kata yang
dikaitkan dengan Israel maupun orang Kristen. Apa-apa saja itu?. : “tegar
tengkuk, keras kepala, suka berdalih, anak-anak si jahat, penipu, palsu bahkan
kemunafikan. Masih banyak lagi kata-kata yang lain jika ingin saya daftarkan
satu per satu. Saya sedang membayangkan bagaimana jika perkataan-perkataan
semacam ini datang kepada saudara?. Bagaimana respon dan sikap kita?.
Masalah dari
kebanyakan kita, mengapa kita tidak mengalami Allah dan mengenal-Nya karena
sangat sedikit orang yang memiliki iman seperti perempuan ini. Ibu ini sangat
membutuhkan pertolongan dan ia tidak akan mundur daripadanya. Inilah iman. Iman
ditunjukkan melalui keteguhan untuk berpegang kepada Allah, untuk mencari dan
berpegang kepada Allah. Apapun yang terjadi, ia tidak akan mundur daripada-Nya.
Kebutuhan akan Allah dan Iman
Sangat menyedihkan
jika mendengar ada di antara kita yang tidak lagi memiliki kegairahan untuk
berdoa karena tidak mengalami apa-apa di dalam doanya. Janganlah membatasi
Allah dalam berhubungan dengan saudara. Jangan menentukan suatu metode bagaimana
caranya Allah berhubungan dengan saudara. Sekalipun sepertinya tak ada jawaban,
apakah saudara tetap mengejar-Nya di dalam doa saudara?. Tentu saja saudara
tidak akan bergumul dan berjuang dalam hal ini jika saudara tidak
sungguh-sungguh membutuhkan-Nya. Inilah masalahnya; karena bagi kebanyakkan
orang, ada atau tidak adanya Allah dalam hidupnya itu tidak menambah atau
mengurangi apapun dalam hidupnya. Ada atau tidak adanya hubungan yang nyata antara
ia dan Allah, itu tidak berdampak besar dalam hidupnya. Lihat, hidup saya
baik-baik saja dan saya telah memiliki segala sesuatu; kata mereka. Inilah yang
sangat disayangkan; mereka yang berkecukupan dan memiliki kemapanan dalam hidup
seringkali tidak membutuhkan Allah. Allah hanya suatu idealisme yang diketahui
namun bukanlah sesuatu yang sangat penting kenyataannya karena sebagai seorang Kristen,
kita merasa kurang nyaman jika tidak sedikit mengarahkan perhatian kepada
perkara rohani. Begitukah?.
Hanya mereka yang
mengejar Allah dengan sikap seperti perempuan inilah yang akan mengalami-Nya
dan dengan itu akan bergerak maju mengenal Dia dengan semakin mendalam. Bukankah
Allah sendiri telah berfiman bahwa jika
umat-Nya mencari-Nya dengan segenap hatinya, dengan segenap hidupnya, maka Ia
akan memberikan diri-Nya ditemukan oleh mereka?. Sangat menyedihkan melihat
bagaimana kita begitu mudah mundur dari Allah. Bagi kita, mengenal Allah atau
tidak, itu bukanlah persoalan hidup mati; lihat saya tetap baik-baik saja kata
mereka dalam hati. Sungguh jika demikian, betapa jahatnya hati kita.
Apakah saudara
mencari Allah seperti mencari harta yang paling berharga?. Apakah saudara
mengerahkan seluruh perhatian dan hidup saudara untuk mengejar pengenalan akan
Dia?. Dan untuk itu, saudara tidak akan menyerah dan berputus asa hingga
saudara menemukan-Nya?. Jika demikian, maka saudara akan mengalami-Nya secara
nyata dalam hidup saudara dan dengan itu, biarlah saudara belajar untuk terus
bergerak mengenal-Nya dengan semakin mendalam.
Allah dekat dan bersama-sama dengan orang yang rendah
hati
Apa hal lainnya,
yang kita pelajari dari perempuan ini?. Ya, itu adalah kerendahan hatinya. Mereka
yang rendah hati akan bertemu dan mengalami Allah. Bukankah beginilah firman
Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Mulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang
Maha Kudus nama-Nya : “Aku bersemayam di tempat tinggi dan ditempat kudus
tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan
semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan orang-orang yang remuk
(Yesaya 57 :15). Dan apakah
yang dikatakan oleh Yakobus maupun Petrus dalam suratnya? :“Sebab Allah
menentang orang yang congkak namun mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4 :6, 1 Petrus 5 : 5).
Bagaimana, apakah
kita seseorang yang rendah hati?. Lihatlah dari bagaimana cara kita meresponi
setiap teguran yang datang kepada kita!. Lihatlah dari reaksi kita jika kita di
tegur. Lihatlah dari reaksi kita
terhadap setiap perkataan yang merendahkan kita!. Setiap orang dapat
merendahkan dirinya jika itu tidak membuat dirinya terlihat buruk, bukan?. Jadi
mengapa kita memiliki masalah dalam hidup rohani kita?. Dalam kerinduan kita untuk
mengenal dan mengalami Allah, lihatlah, apakah saudara memiliki sikap seperti
perempuan Kanaan ini. Hal ini ditunjukkan kepada kita bukan hanya untuk
dikagumi namun untuk di hidupi. Untuk kita mengambil sikap yang sama. Amin
No comments:
Post a Comment