Tuesday 12 February 2013

PENGENALAN AKAN ALLAH (Bagian 2)



Kebutuhan Akan Allah
(Iman dan Kerendahan Hati)
Matius 15 : 21-28
By. Aprys Radja


Mari kita melanjutkan penyembahan kita dengan mengarahkan seluruh perhatian kita kepada firman Tuhan; dan hari ini kita akan meneruskan pembahasan kita mengenai “pengenalan akan Allah”. Minggu lalu kita telah melihat mengenai subjek ini dan saya ingin kita terus memperhatikan perkara ini dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana Yesus berkata dalam doa-Nya : “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. Sungguh, betapa pentingnya hal ini dan yang juga merupakan kerinduan Allah yaitu agar kita semua mengenal-Nya. Apakah kita rindu untuk mengenal Allah?. Jika demikian, mengapa hingga hari ini kita memiliki masalah dalam hal ini?. Sebab kata mengenal di sini bermakna memiliki hubungan yang personal, dimana saudara dan saya mengenal-Nya melalui mengalami-Nya secara pribadi.

Adakah manusia yang membutuhkan Allah?
Ada satu masalah yang secara serius dinyatakan oleh Yesus dalam satu perumpamaan-Nya, yaitu perumpamaan mengenai tamu-tamu yang di undang (Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul : Perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih-Lukas 14 :15-24). Dalam perumpamaan itu kita menemukan bahwa pada akhir kisah, Yesus mengatakan bahwa tidak ada satupun dari mereka yang diundang itu akan menikmati jamuan-Nya. Apa yang dapat kita perhatikan dari cerita ini?. Apa yang terlihat di sana?. Bahwa mereka yang di undang tidak datang ke jamuan tersebut. Mereka menolaknya secara halus dengan minta dimaafkan, dengan cara yang sopan. Kelihatannya mereka ini adalah orang-orang yang memahami tatakrama, bukan?. Mulai dari orang yang telah membeli ladang, 5 pasang lembu kebiri hingga yang baru saja kawin, mereka semuanya tidak datang. 

Ketika memikirkan hal ini dan memandang kepada tema yang sedang kita bahaskan ini, saya mengerti, inilah masalahnya saat ini : “tidak semua orang yang benar-benar membutuhkan Allah” dan oleh karena itu mengutamakan pengenalannya akan Allah, sekalipun Allah mengundang semua orang untuk memiliki persekutuan dengan-Nya. Harta kepemilikan mereka begitu penting bagi mereka, pekerjaan mereka begitu sangat utama bahkan yang lainnya, adalah kehidupan pernikahan mereka. Semua hal ini begitu penting sehingga mengalahkan kasih mereka akan Allah. Dan apa yang kita lihat dari semua hal ini?. Semuanya ini mewakili hal-hal yang wajar dalam kehidupan setiap orang, bukan?. Mereka memang tidak berbohong tentang apa yang memang sedang mereka kerjakan. Namun adakah orang yang mengutamakan Allah di atas segalanya?. Adakah yang rela kehilangan apapun demi mengejar pengenalan akan Allah?.

Sikap manusia terhadap harta milik, pekerjaan dan  hidup pernikahannya!.
Sangat disayangkan karena inilah yang sering saya temukan dalam pelayanan saya yaitu bahwa harta benda, pekerjaan dan pernikahan seringkali menggusur kebutuhan seseorang akan Allah, demikian juga akan persoalan-persoalan rohani, akan kehidupan yang kekal. Mengapa?. Karena kepada hal-hal inilah manusia menunjukkan seluruh perhatiannya;  kepada kepemilikan harta benda, kepada pekerjaannya dan kepada kehidupan pernikahannya. Bukankah ini kenyataannya, yaitu bahwa pernikahan adalah hal yang di idam-idamkan oleh kebanyakkan orang, dimana mereka bekerja, menabung dengan suatu harapan bahwa suatu saat nanti, mereka akan mendapatkan isteri atau suami, anak, dan kemudian menjalani suatu kehidupan yang mapan?. Semua hal ini tidaklah salah namun ia akan menjadi bencana dalam hidup rohani saudara jika hal-hal tersebut menjadi sangat penting sehingga anda tidak mengejar pengenalan akan Allah. Sangat disayangkan!. Bagaimana dengan kita?. Masih ingatkah saudara akan kotbah saya yang sebelumnya?. Pada akhir kotbah, saya mengatakan singkirkanlah segala berhala yang menghalangi saudara untuk mengenal Allah, untuk mengalami-Nya.

Teladan seorang perempuan Kanaan
Nah, hari ini, berhubungan dengan hal ini, saya ingin kita melihat satu kisah yang sungguh berkesan di hati saya, satu kisah yang sangat menyentuh ke dalam hati saya. Ia merupakan kisah mengenai seorang perempuan yang bahkan bukanlah seorang Yahudi namun yang mengalami mukjizat Allah melalui Yesus. Ia adalah seorang perempuan Kanaan, perempuan yang berasal dari daerah Tirus dan Sidon (Matius 15 : 21-28). Saya ingin saudara membacanya dan memperhatikan dengan baik cerita ini. Saya ingin saudara dapat melihat hubungannya dengan tema kita ini, yaitu pengenalan akan Allah.

Apa yang saudara lihat di sana?. Diceritakan bahwa perempuan ini datang dan meminta Yesus untuk menolong anaknya yang sangat menderita karena kerasukan setan. Tetapi apa yang saudara lihat? “Yesus tidak menjawabnya”. Bahkan murid-murid Yesuspun meminta agar Yesus menyuruh perempuan ini pergi. Saya merenung; saya tidak tahu bagaimana perasaan kita jika kita saat ini berada pada posisi perempuan Kanaan ini!. Tetapi perhatikanlah perempuan ini, apakan ia mundur?. Tidak, ia terus memohon kepada Yesus. Dan sekali lagi, bagaimana respon Yesus terhadap permintaannya?. Apakah jawab Yesus?. “Aku di utus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Sungguh sebuah jawaban yang menghancurkan segala harapan yang ada, bukan?. Namun sekali lagi, apakah perempuan ini mundur?. Tidak, ia malah mendekat dan tersungkur di depan Yesus dan berkata : “Tuhan, tolonglah aku”. Tetapi sekali lagi, untuk yang kesekian kalinya, bagaimana respon Yesus terhadap perempuan  ini?. Jawaban semacam apa yang ia terima dari Yesus? : “tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Sungguh perkataan yang menyesakkan hati, bukan?. “Anjing”, bayangkan ini!. Dan tidak ada istilah di kalangan orang Yahudi bagi orang-orang asing yang lebih kasar dari hal ini.

Sekarang pikirkan dengan baik kejadian ini dan tempatkanlah diri saudara di posisi perempuan ini. Saya tidak dapat membayangkan, reaksi dan respon semacam apa yang akan ada di pihak kita. Apakah mundur? “itulah kemungkinan terbesarnya” bahkan disertai umpatan kepada Yesus. Bukan begitu?. Kita berkata : “Rabi macam apa yang mengatakan perkataan semacam ini”. Apakah benar Dia adalah yang di utus dan di urapi Allah?. Sepertinya tidak. Seperti itulah sikap dan cara kita  berpikir tentang Yesus.

Iman yang besar dari seorang perempuan Kanaan
Namun biar kita lihat sikap perempuan ini. Apakah yang diberitahukan kepada kita mengenai perempuan ini?. Apakah reaksinya?. Apakah ia menjadi sedih dan mundur ataupun mengatakan suatu kalimat umpatan terhadap Yesus?. Kecewakah ia?. “Tidak”, malah yang ada  adalah suatu respon sangat luar biasa. Ia berkata : benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Benar-benar reaksi yang luar biasa, yang tidak terduga dari seorang perempuan Kanaan, yang bahkan sangat sulit ditemukan dikalangan orang Yahudi maupun dikalangan orang Kristen, termasuk kita, yang menyatakan diri sebagai Umat kepunyaan Allah. Tanyakan kepada diri saudara : kira-kira, apakah yang akan diperbuat oleh kita jika kita diperlakukan dengan cara yang demikian?. Namun perempuan ini menunjukkan sikap yang luar biasa dan oleh karenanya Yesus berkata dengan kata-kata yang penuh penghormatan terhadap perempuan ini. Ia berkata : Hai ibu (perhatikan; Yesus memanggilnya ibu), besar iman mu, maka jadilah kepada mu seperti yang kau kehendaki.

Saya teringat akan perkatan Tuhan kepada Petrus dimana Ia berkata : enyahlah, engkau Iblis, engkau satu batu sandungan buat ku”. Bagaimanakah sikap saudara jika saudara berada di posisinya Petrus?. Dalam Alkitab terdapat banyak sekali kata-kata yang dikaitkan dengan Israel maupun orang Kristen. Apa-apa saja itu?. : “tegar tengkuk, keras kepala, suka berdalih, anak-anak si jahat, penipu, palsu bahkan kemunafikan. Masih banyak lagi kata-kata yang lain jika ingin saya daftarkan satu per satu. Saya sedang membayangkan bagaimana jika perkataan-perkataan semacam ini datang kepada saudara?. Bagaimana respon dan sikap kita?.

Masalah dari kebanyakan kita, mengapa kita tidak mengalami Allah dan mengenal-Nya karena sangat sedikit orang yang memiliki iman seperti perempuan ini. Ibu ini sangat membutuhkan pertolongan dan ia tidak akan mundur daripadanya. Inilah iman. Iman ditunjukkan melalui keteguhan untuk berpegang kepada Allah, untuk mencari dan berpegang kepada Allah. Apapun yang terjadi, ia tidak akan mundur daripada-Nya.

Kebutuhan akan Allah dan Iman
Sangat menyedihkan jika mendengar ada di antara kita yang tidak lagi memiliki kegairahan untuk berdoa karena tidak mengalami apa-apa di dalam doanya. Janganlah membatasi Allah dalam berhubungan dengan saudara. Jangan menentukan suatu metode bagaimana caranya Allah berhubungan dengan saudara. Sekalipun sepertinya tak ada jawaban, apakah saudara tetap mengejar-Nya di dalam doa saudara?. Tentu saja saudara tidak akan bergumul dan berjuang dalam hal ini jika saudara tidak sungguh-sungguh membutuhkan-Nya. Inilah masalahnya; karena bagi kebanyakkan orang, ada atau tidak adanya Allah dalam hidupnya itu tidak menambah atau mengurangi apapun dalam hidupnya. Ada atau tidak adanya hubungan yang nyata antara ia dan Allah, itu tidak berdampak besar dalam hidupnya. Lihat, hidup saya baik-baik saja dan saya telah memiliki segala sesuatu; kata mereka. Inilah yang sangat disayangkan; mereka yang berkecukupan dan memiliki kemapanan dalam hidup seringkali tidak membutuhkan Allah. Allah hanya suatu idealisme yang diketahui namun bukanlah sesuatu yang sangat penting kenyataannya karena sebagai seorang Kristen, kita merasa kurang nyaman jika tidak sedikit mengarahkan perhatian kepada perkara rohani. Begitukah?.

Hanya mereka yang mengejar Allah dengan sikap seperti perempuan inilah yang akan mengalami-Nya dan dengan itu akan bergerak maju mengenal Dia dengan semakin mendalam. Bukankah Allah  sendiri telah berfiman bahwa jika umat-Nya mencari-Nya dengan segenap hatinya, dengan segenap hidupnya, maka Ia akan memberikan diri-Nya ditemukan oleh mereka?. Sangat menyedihkan melihat bagaimana kita begitu mudah mundur dari Allah. Bagi kita, mengenal Allah atau tidak, itu bukanlah persoalan hidup mati; lihat saya tetap baik-baik saja kata mereka dalam hati. Sungguh jika demikian, betapa jahatnya hati kita.

Apakah saudara mencari Allah seperti mencari harta yang paling berharga?. Apakah saudara mengerahkan seluruh perhatian dan hidup saudara untuk mengejar pengenalan akan Dia?. Dan untuk itu, saudara tidak akan menyerah dan berputus asa hingga saudara menemukan-Nya?. Jika demikian, maka saudara akan mengalami-Nya secara nyata dalam hidup saudara dan dengan itu, biarlah saudara belajar untuk terus bergerak mengenal-Nya dengan semakin mendalam.

Allah dekat dan bersama-sama dengan orang yang rendah hati
Apa hal lainnya, yang kita pelajari dari perempuan ini?. Ya, itu adalah kerendahan hatinya. Mereka yang rendah hati akan bertemu dan mengalami Allah. Bukankah beginilah firman Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Mulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Maha Kudus nama-Nya : “Aku bersemayam di tempat tinggi dan ditempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan orang-orang yang remuk (Yesaya 57 15). Dan apakah yang dikatakan oleh Yakobus maupun Petrus dalam suratnya? “Sebab Allah menentang orang yang congkak namun mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4 6, 1 Petrus 5 : 5).

Bagaimana, apakah kita seseorang yang rendah hati?. Lihatlah dari bagaimana cara kita meresponi setiap teguran yang datang kepada kita!. Lihatlah dari reaksi kita jika kita di tegur.  Lihatlah dari reaksi kita terhadap setiap perkataan yang merendahkan kita!. Setiap orang dapat merendahkan dirinya jika itu tidak membuat dirinya terlihat buruk, bukan?. Jadi mengapa kita memiliki masalah dalam hidup rohani kita?. Dalam kerinduan kita untuk mengenal dan mengalami Allah, lihatlah, apakah saudara memiliki sikap seperti perempuan Kanaan ini. Hal ini ditunjukkan kepada kita bukan hanya untuk dikagumi namun untuk di hidupi. Untuk kita mengambil sikap yang sama. Amin

No comments:

Post a Comment