“KEBENARAN”
By.
Aprys Radja
Hari
ini kita akan melihat satu lagi hal yang sangat penting ketika kita bicara
mengenai kekudusan. Hal itu adalah kebenaran. Sebuah kata yang sering
dikumandangkan oleh orang-orang di seluruh pelosok dunia. Semuanya berbicara
mengenai kebenaran, mana yang benar dan mana yang salah. Itulah yang dimengerti
oleh kebanyakan orang mengenai kebenaran, dengan ukuran mereka masing-masing,
seolah-olah kebenaran itu sesuatu yang relatif. Kita juga melihat hal-hal yang terjadi
di depan mata kita sendiri, bagaimana sesuatu yang benar dapat diputarbalikan
menjadi sesuatu yang tidak relevan; dan yang jelas-jelas adalah ketidakbenaran
di buat menjadi kebenaran atau dalam pendapat kebanyakan orang “mengandung
kebenaran di dalamnya”. Apakah yang kita mengerti mengenai kebenaran?.
Mengasihi
kebenaran : “mencintai teguran”
Banyak
orang yang suka bicara mengenai kebenaran dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Namun adalah disayangkan karena tanpa mereka sadari (sebagian malah sadar bahwa
itu adalah tidak benar namun tetap menutup mata) bahwa cara hidup mereka itu
malah menyangkali kebenaran itu sendiri. Apakah kita adalah sesungguhnya orang
yang mencintai kebenaran?. Salah satu ciri dari orang yang mencintai kebenaran
adalah bahwa ia mencintai teguran. Amsal 12 : 1 mengatakan : “orang yang membenci
teguran adalah dungu”. Apakah kita adalah orang yang bijaksana atau bodoh?.
Atau bahkan mungkin kita berpikir kita adalah orang yang bijaksana?. Lihatlah
reaksi kita ketika ada yang menunjukkan kesalahan kita. Apakah kita adalah
orang yang bijaksana?. Mencintai kebenaran?. Yang ada malah kita menjadi marah!.
Bukankah amarah manusia tidak mengerjakan sesuatu yang baik dihadapan Allah
(Yak 1 : 20)?. Kita bahkan tidak ingin berbicara dengan orang itu, juga menghindari
orang itu seakan-akan ia memiliki sejenis penyakit yang mudah menular kepada
kita. Orang-orang tertentu bahkan bereaksi dengan cara yang lebih mengherankan yaitu
dengan menyerang balik. Penolakan mereka akan teguran dapat dilakukan secara
halus sehingga bagi orang tertentu itu tidaklah terlihat sebagai suatu
penolakan namun dalam kondisi tertentu, penolakan itu dapat secara kasar dan
arogan.
Kebenaranlah yang
menyelamatkan
Sangat
disayangkan, inilah reaksi kebanyakan orang, bahkan diantara mereka yang
mendengung-dengungkan tentang kebenaran. Kita sering tidak menghargai saudara
kita itu, yang menegur kita, walaupun sebenarnya ia mengambil resiko yang besar
untuk jujur terhadap kita. Jika kita adalah seseorang yang dewasa maka seharusnya
kita tidak perlu sampai diberitahukan tentang kesalahan kita oleh orang lain.
Kita akan memeriksa diri kita sendiri dan mencari tahu apakah kita melakukan
kesalahan yang sama ketika kita melihat seseorang melakukan kesalahan. Kita
tidak akan menuding orang tersebut ataupun menuding orang lain akan kesalahan
kita. Tidak peduli sekalipun teguran itu mungkin tidak sepenuhnya benar,
seseorang yang rohani tidak akan mempersoalkan teguran itu. Sebaiknya kita
memperhatikan dengan serius apa yang dikatakan oleh rasul Paulus mengenai hal
ini. Dikatakan : “dengan rupa-rupa tipu daya
jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka (2 Tesalonika 2 : 10)”.
Hanya kebenaran yang dapat menyelamatkan kita, dengan mencintainya. Bukankah
ini yang dihasilkan oleh teguran?. Menolak teguran berarti menjerumuskan diri sendiri
dalam bencana yang tidak seharusnya di alami.
Allah membenci ibadah tanpa kebenaran di dalamnya
Yang terjadi saat ini adalah
banyak orang yang tidak lagi meresponi kebenaran. Masing-masing orang sudah
sangat terbiasa dengan cara hidup yang mereka jalani selama ini. Mereka telah begitu
nyaman dengan kondisi mereka. Yang terpenting bagi mereka adalah bahwa mereka
tidak melakukan sesuatu yang jahat dan merugikan orang lain, dan mereka masih
bergereja. Oke, itu adalah hal yang baik tetapi apakah kekristenan adalah hanya
seperti itu?. Gereja telah terjerumus ke dalam masalah dan keadaan yang sama
dengan bangsa Israel. Seperti peringatan yang disampaikan oleh Allah melalu
hamba-Nya, nabi Amos. Dikatakan : “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung
seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir (Amos 5 :
24)." Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah berkata : Aku membenci perayaan dan
perkumpulan raya mu, persembahan dan korban mu tidak mau Ku pandang dan nyanyian-nyanyian
mu tidak mau Ku dengar. Dan kemudian Allah katakan : “yang ingin Ku lihat
adalah “kebenaran seperti sungai yang mengalir”. Inilah yang menjadi masalah
dengan bangsa Israel dan yang juga terjadi di gereja Tuhan saat ini : “banyak
ibadah tapi sedikit kebenaran”. Tidak ada yang lebih religius dari bangsa
Israel. Mereka sangat rajin beribadah ke
bait Allah. Mereka bahkan mengucapkan Shema 3x dalam sehari. Mereka juga tidak
lalai dalam mempersembahkan korban. Namun satu hal ini yang hilang, yaitu
kebenaran. Dan nampaknya inilah yang juga terjadi kepada gereja Tuhan. Gereja
tidak kurang dalam hal kegiatan beribadah, melakukan ini dan itu. Tapi
pertanyaannya, adakah kebenaran di dalamnya?. Bukan hanya itu malah kita
sebagai orang Kristen begitu puas dengan kata “dibenarkan”!. Apakah hal ini
menjadikan untuk hidup dalam kebenaran menjadi tidak penting?. Dan apa maksudnya
hidup dalam kebenaran? Apa yang kita pahami mengenai “kebenaran”?
Kebenaran : “menghidupi firman Tuhan”
Mari kita perhatikan Yoh 17 :
17 – “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran”. Firman
Tuhan adalah kebenaran. Dan bagaimana Paulus menjelaskan mengenai hal ini?.
Dikatakan : “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3 : 16). Inilah yang dikatakan : “firman
mendidik orang di dalam kebenaran”. Ia melatih orang di dalam kebenaran. Apa
maksudnya?.
Apakah dengan banyak berbicara
mengenai “kebenaran”?. Dengan banyak bicara mengenai firman Tuhan?. Apakah seperti
ini “orang kudus”?. Jika demikian halnya maka seharusnya iblis termasuk di dalamnya.
Mengapa saya katakan demikian?. Karena iblis bahkan dapat berbicara mengenai
firman Tuhan lebih baik daripada kebanyakan orang Kristen, bahkan ia dapat
berbicara dengan disertai “kutipan’ yang sangat jitu. Dan bukankah karena hal
semacam ini banyak orang Kristen yang dapat dikalahkannya?. Saya mengenal
beberapa orang tertentu yang dapat menghafal setiap bagian firman dengan baik.
Sayapun dulunya memiliki kemampuan semacam ini tapi sekarang daya ingat saya
tidak sekuat dulu. Nah, apakah ini maksudnya?. Tidak, bukan demikian, namun
dari apakah hidup mu itu berpadanan dengan firman.
Orang kudus adalah hamba kebenaran
Ada satu gambaran yang sangat
baik, yang digunakan oleh Rasul Paulus untuk hal ini. Mari kita perhatikan Roma
6 : 18. Apa yang dikatakan di sana? : “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan
menjadi hamba kebenaran”. Inilah istilah yang digunakan oleh Rasul Paulus bagi
orang Kristen : “hamba kebenaran”. Satu istilah yang secara tepat menggambarkan
apa yang ingin saya sampaikan disini. Apa maksudnya menjadi orang kudus,
menjadi seorang Kristen?. Yaitu menjadi hamba kebenaran. Apa maksudnya hamba
kebenaran?. Pertanyaan ini memberikan petunjuk mengenai “ketaatan”. Apa yang
kamu taati di dalam hidup mu; bahkan lebih jauh, apakah yang begitu menguasai
hidup mu setiap hari?. Apakah kebenaran firman Tuhan?. Dan sebaiknya kita
memperhatikan hal ini, sebagaimana yang Paulus katakan : “Tetapi sekarang,
setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah
(paralel dengan hamba kebenaran), kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada
pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6 : 22)”.
Kesudahan dari hal ini adalah hidup kekal.
Saya katakan setiap orang
Kristen yang tidak dikuasai oleh kebenaran dalam hidupnya, yang tidak menjadi
budak dari kebenaran tidak akan sanggup hidup sebagai seorang Kristen. Mengapa?
Yesus mengatakan : “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Hanya mereka yang melayani
Allah, menjadi hamba-Nya dan untuk itu rela dianiaya karena kebenaranlah yang
empunya kerajaan-Nya. Sangat menyedihkan melihat keadaan saat ini. Dimana-mana
kita tidak kurang dalam hal-hal orang yang berbicara firman Tuhan, bergereja namun
sangat kekurangan orang dalam melakukan firman-Nya. Dunia saat ini penuh dengan
orang-orang yang pandai dalam hal berbicara namun tidak pandai dalam melakukan
apa yang dikatakan. Sangat menyedihkan melihat orang-orang yang berbicara mengenai merendahkan diri namun hidup dengan cara
ingin terlihat penting. Sangat menyedihkan melihat bagaimana seharusnya kita
saling melayani bahkan dengan mulut kita bicara mengenai saling melayani namun
kita berfungsi dengan sikap ingin diperhatikan. Apa yang sedang terjadi ini?.
Kebenaran adalah sesuatu yang urgent di saat ini.
Setan hidup dengan kecenderungan kepada kebenaran
namun tidak sejati
Saya katakan urgent. Mengapa?.
Melihat dari keadaan saat ini. Dan lebih dari itu, sudah lupakah kita tentang
apa yang dikatakan dalam Alkitab?. Bahwa setan memahami hal ini dengan lebih
baik sehingga untuk menipu orang percaya maka ia dan pelayan-pelayannya
menyamar dengan menampilkan dirinya dengan cara seperti ini, yaitu sebagai
pelayan kebenaran. Di dalam 2 Kor 11 : 15, Paulus katakan : “jadi bukanlah
suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan
kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”. Jadi, saudara
lihat, untuk dapat memperdaya orang percaya maka setan dan pelayan-pelayannya
harus hidup dengan kecenderungan kepada kebenaran. Saya katakan
“kecenderungan”, artinya seperti memihak kepada kebenaran namun tidak
sesungguhnya. Mengapa? Karena ia harus menampilkan dirinya sebagai pelayan
kebenaran. Memandang hal ini, saya mengerti dengan baik mengapa Yesus begitu
keras menegur orang-orang farisi. Mengapa? Inilah yang Yesus katakan :
“demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang,
tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Matius 23 :
28). Ini hidup yang mengerikan, hidup yang hanya memiliki kecenderungan kepada
kebenaran namun sejatinya bukanlah demikian dan bukankah ada begitu banyak dari
antara kita orang Kristen yang hidupnya demikian?. Marilah kita jujur di sini agar
kita diselamatkan Tuhan oleh kasih karunianya. Terimalah teguran yang dapat
menyelamatkan kita.
Jadi, bukan hanya memiliki
kecenderungan kepada kebenaran namun demikianlah jati diri kita adalah kebenaran.
Kita hidup di dalamnya dan menjadi budak dari kebenaran. Seolah-olah untuk
menegaskan hal ini, Paulus berkata : “Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah (2 Kor 5 : 21)”. Terjemahan yang lebih baik bukanlah : “supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah” namun “supaya dalam Dia kita menjadi kebenaran dari
Allah”. Inilah pointnya : “menjadi kebenaran dari Allah”. Jadi siapakah orang
Kristen itu? “kebenaran dari Allah”. Apa maksudnya hidup dalam kekudusan?.
Hidup sebagai kebenaran dari Allah. Sangat menyentuh bukan?, melihat apa yang
Allah kerjakan bagi kita?.
Menjadi Kristen berarti menjadi kebenaran dari
Allah
Ini yang sejak awal ingin saya
tunjukkan kepada saudara. Kebenaran bukanlah bicara mengenai apa yang kita katakan
atau kita akui namun mengenai hidup kita. Hidup kita adalah kebenaran. Kita
menjadi kebenaran dari Allah. Itu bermakna kemanapun dan dalam keadaan apapun,
kita menjadi kebenaran dari Allah. Ini adalah hidup yang selesai dengan dosa
dan yang senantisa diperbaharui oleh Allah. Dikatakan : “Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan
manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiran mu, dan mengenakan manusia baru (manusia yg dilahirkan kembali),
yg telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4 : 22-24).” Inilah artinya
ciptaan baru. Inilah hidup baru, hidup yang berbeda sebagaimana kebenaran itu
tak ada yang sama dengan ketidakbenaran. Perbedaannya jelas, tak dapat
dirancukan dengan istilah dan pendapat-pendapat manusia.
Menjadi
kebenaran dari Allah; itulah panggilan kita. Oleh karenanya, sangat menyedihkan
jika melihat sebagai seorang kristen begitu banyaknya permintaan maaf yang
keluar dari mulut kita. Bukan berarti permintaan maaf itu keliru, bukan begitu.
Janganlah sombong, jika kita mengatakan sesuatu yang salah atau melakukan
sesuatu yang salah, kita haruslah meminta maaf. Sudah selayaknya jika kita
melakukan suatu kesalahan maka kita meminta maaf namun yang disayangkan adalah
jika selama ini kita terus-menerus hidup dengan meminta maaf. Ini menunjukkan ada
sesuatu yang salah. Kita adalah kebenaran dari Allah, bagaimana kita
terus-menerus minta maaf. Permintaan maaf yang berketerusan berarti kita melakukan
kesalahan yang berketerusan. Dalam keadaan semacam ini kemungkinannya hanya
dua, bahwa keadaan anda itu dikarenakan Allah itu tidak cukup berkuasa
mengubahkan anda ataukah anda yang sebenarnya tidak serius untuk hidup di dalam
kebenaran. Kemungkinan yang pertama itu tidaklah mungkin maka kemungkinan ke dualah
yang menjadikan hal tersebut.
Allah menciptakan langit
dan bumi yang baru dengan kebenaran menetap di dalamnya
Saya
sangat mengharapkan kita mau memperhatikan hal ini dengan serius. Mengapa? Karena
Allah begitu sangat memperhatikan kebenaran. Begitu cintanya Allah kepada kebenaran
sehingga ketika Dia menciptakan langit dan bumi yang baru, kebenaran akan
berdiam di sana. Rasul Petrus berkata : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia
menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang
berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari
itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan
hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang
lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci
dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat
kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan
unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan
bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku
yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu
kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan
Dia” (2 Petrus 3 : 9-14). Amin
No comments:
Post a Comment