Tuesday 12 February 2013

Kebenaran dari Allah



“KEBENARAN”
By. Aprys Radja
Hari ini kita akan melihat satu lagi hal yang sangat penting ketika kita bicara mengenai kekudusan. Hal itu adalah kebenaran. Sebuah kata yang sering dikumandangkan oleh orang-orang di seluruh pelosok dunia. Semuanya berbicara mengenai kebenaran, mana yang benar dan mana yang salah. Itulah yang dimengerti oleh kebanyakan orang mengenai kebenaran, dengan ukuran mereka masing-masing, seolah-olah kebenaran itu sesuatu yang relatif. Kita juga melihat hal-hal yang terjadi di depan mata kita sendiri, bagaimana sesuatu yang benar dapat diputarbalikan menjadi sesuatu yang tidak relevan; dan yang jelas-jelas adalah ketidakbenaran di buat menjadi kebenaran atau dalam pendapat kebanyakan orang “mengandung kebenaran di dalamnya”. Apakah yang kita mengerti mengenai kebenaran?.
Mengasihi kebenaran : “mencintai teguran”
Banyak orang yang suka bicara mengenai kebenaran dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun adalah disayangkan karena tanpa mereka sadari (sebagian malah sadar bahwa itu adalah tidak benar namun tetap menutup mata) bahwa cara hidup mereka itu malah menyangkali kebenaran itu sendiri. Apakah kita adalah sesungguhnya orang yang mencintai kebenaran?. Salah satu ciri dari orang yang mencintai kebenaran adalah bahwa ia mencintai teguran. Amsal 12 : 1 mengatakan : “orang yang membenci teguran adalah dungu”. Apakah kita adalah orang yang bijaksana atau bodoh?. Atau bahkan mungkin kita berpikir kita adalah orang yang bijaksana?. Lihatlah reaksi kita ketika ada yang menunjukkan kesalahan kita. Apakah kita adalah orang yang bijaksana?. Mencintai kebenaran?. Yang ada malah kita menjadi marah!. Bukankah amarah manusia tidak mengerjakan sesuatu yang baik dihadapan Allah (Yak 1 : 20)?. Kita bahkan tidak ingin berbicara dengan orang itu, juga menghindari orang itu seakan-akan ia memiliki sejenis penyakit yang mudah menular kepada kita. Orang-orang tertentu bahkan bereaksi dengan cara yang lebih mengherankan yaitu dengan menyerang balik. Penolakan mereka akan teguran dapat dilakukan secara halus sehingga bagi orang tertentu itu tidaklah terlihat sebagai suatu penolakan namun dalam kondisi tertentu, penolakan itu dapat secara kasar dan arogan.
Kebenaranlah yang menyelamatkan
Sangat disayangkan, inilah reaksi kebanyakan orang, bahkan diantara mereka yang mendengung-dengungkan tentang kebenaran. Kita sering tidak menghargai saudara kita itu, yang menegur kita, walaupun sebenarnya ia mengambil resiko yang besar untuk jujur terhadap kita. Jika kita adalah seseorang yang dewasa maka seharusnya kita tidak perlu sampai diberitahukan tentang kesalahan kita oleh orang lain. Kita akan memeriksa diri kita sendiri dan mencari tahu apakah kita melakukan kesalahan yang sama ketika kita melihat seseorang melakukan kesalahan. Kita tidak akan menuding orang tersebut ataupun menuding orang lain akan kesalahan kita. Tidak peduli sekalipun teguran itu mungkin tidak sepenuhnya benar, seseorang yang rohani tidak akan mempersoalkan teguran itu. Sebaiknya kita memperhatikan dengan serius apa yang dikatakan oleh rasul Paulus mengenai hal ini. Dikatakan : “dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka (2 Tesalonika 2 : 10)”. Hanya kebenaran yang dapat menyelamatkan kita, dengan mencintainya. Bukankah ini yang dihasilkan oleh teguran?. Menolak teguran berarti menjerumuskan diri sendiri dalam bencana yang tidak seharusnya di alami.

Allah membenci ibadah tanpa kebenaran di dalamnya
Yang terjadi saat ini adalah banyak orang yang tidak lagi meresponi kebenaran. Masing-masing orang sudah sangat terbiasa dengan cara hidup yang mereka jalani selama ini. Mereka telah begitu nyaman dengan kondisi mereka. Yang terpenting bagi mereka adalah bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang jahat dan merugikan orang lain, dan mereka masih bergereja. Oke, itu adalah hal yang baik tetapi apakah kekristenan adalah hanya seperti itu?. Gereja telah terjerumus ke dalam masalah dan keadaan yang sama dengan bangsa Israel. Seperti peringatan yang disampaikan oleh Allah melalu hamba-Nya, nabi Amos. Dikatakan : “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir (Amos 5 : 24)." Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah berkata : Aku membenci perayaan dan perkumpulan raya mu, persembahan dan korban mu tidak mau Ku pandang dan nyanyian-nyanyian mu tidak mau Ku dengar. Dan kemudian Allah katakan : “yang ingin Ku lihat adalah “kebenaran seperti sungai yang mengalir”. Inilah yang menjadi masalah dengan bangsa Israel dan yang juga terjadi di gereja Tuhan saat ini : “banyak ibadah tapi sedikit kebenaran”. Tidak ada yang lebih religius dari bangsa Israel. Mereka sangat rajin  beribadah ke bait Allah. Mereka bahkan mengucapkan Shema 3x dalam sehari. Mereka juga tidak lalai dalam mempersembahkan korban. Namun satu hal ini yang hilang, yaitu kebenaran. Dan nampaknya inilah yang juga terjadi kepada gereja Tuhan. Gereja tidak kurang dalam hal kegiatan beribadah, melakukan ini dan itu. Tapi pertanyaannya, adakah kebenaran di dalamnya?. Bukan hanya itu malah kita sebagai orang Kristen begitu puas dengan kata “dibenarkan”!. Apakah hal ini menjadikan untuk hidup dalam kebenaran menjadi tidak penting?. Dan apa maksudnya hidup dalam kebenaran? Apa yang kita pahami mengenai “kebenaran”?

Kebenaran : “menghidupi firman Tuhan”
Mari kita perhatikan Yoh 17 : 17 – “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran”. Firman Tuhan adalah kebenaran. Dan bagaimana Paulus menjelaskan mengenai hal ini?. Dikatakan : “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3 : 16). Inilah yang dikatakan : “firman mendidik orang di dalam kebenaran”. Ia melatih orang di dalam kebenaran. Apa maksudnya?.
Apakah dengan banyak berbicara mengenai “kebenaran”?. Dengan banyak bicara mengenai firman Tuhan?. Apakah seperti ini “orang kudus”?. Jika demikian halnya maka seharusnya iblis termasuk di dalamnya. Mengapa saya katakan demikian?. Karena iblis bahkan dapat berbicara mengenai firman Tuhan lebih baik daripada kebanyakan orang Kristen, bahkan ia dapat berbicara dengan disertai “kutipan’ yang sangat jitu. Dan bukankah karena hal semacam ini banyak orang Kristen yang dapat dikalahkannya?. Saya mengenal beberapa orang tertentu yang dapat menghafal setiap bagian firman dengan baik. Sayapun dulunya memiliki kemampuan semacam ini tapi sekarang daya ingat saya tidak sekuat dulu. Nah, apakah ini maksudnya?. Tidak, bukan demikian, namun dari apakah hidup mu itu berpadanan dengan firman.

Orang kudus adalah hamba kebenaran
Ada satu gambaran yang sangat baik, yang digunakan oleh Rasul Paulus untuk hal ini. Mari kita perhatikan Roma 6 : 18. Apa yang dikatakan di sana? : “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”. Inilah istilah yang digunakan oleh Rasul Paulus bagi orang Kristen : “hamba kebenaran”. Satu istilah yang secara tepat menggambarkan apa yang ingin saya sampaikan disini. Apa maksudnya menjadi orang kudus, menjadi seorang Kristen?. Yaitu menjadi hamba kebenaran. Apa maksudnya hamba kebenaran?. Pertanyaan ini memberikan petunjuk mengenai “ketaatan”. Apa yang kamu taati di dalam hidup mu; bahkan lebih jauh, apakah yang begitu menguasai hidup mu setiap hari?. Apakah kebenaran firman Tuhan?. Dan sebaiknya kita memperhatikan hal ini, sebagaimana yang Paulus katakan : “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah (paralel dengan hamba kebenaran), kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6 : 22)”. Kesudahan dari hal ini adalah hidup kekal.
Saya katakan setiap orang Kristen yang tidak dikuasai oleh kebenaran dalam hidupnya, yang tidak menjadi budak dari kebenaran tidak akan sanggup hidup sebagai seorang Kristen. Mengapa? Yesus mengatakan : “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Hanya mereka yang melayani Allah, menjadi hamba-Nya dan untuk itu rela dianiaya karena kebenaranlah yang empunya kerajaan-Nya. Sangat menyedihkan melihat keadaan saat ini. Dimana-mana kita tidak kurang dalam hal-hal orang yang berbicara firman Tuhan, bergereja namun sangat kekurangan orang dalam melakukan firman-Nya. Dunia saat ini penuh dengan orang-orang yang pandai dalam hal berbicara namun tidak pandai dalam melakukan apa yang dikatakan. Sangat menyedihkan melihat orang-orang yang berbicara mengenai  merendahkan diri namun hidup dengan cara ingin terlihat penting. Sangat menyedihkan melihat bagaimana seharusnya kita saling melayani bahkan dengan mulut kita bicara mengenai saling melayani namun kita berfungsi dengan sikap ingin diperhatikan. Apa yang sedang terjadi ini?. Kebenaran adalah sesuatu yang urgent di saat ini.

Setan hidup dengan kecenderungan kepada kebenaran namun tidak sejati
Saya katakan urgent. Mengapa?. Melihat dari keadaan saat ini. Dan lebih dari itu, sudah lupakah kita tentang apa yang dikatakan dalam Alkitab?. Bahwa setan memahami hal ini dengan lebih baik sehingga untuk menipu orang percaya maka ia dan pelayan-pelayannya menyamar dengan menampilkan dirinya dengan cara seperti ini, yaitu sebagai pelayan kebenaran. Di dalam 2 Kor 11 : 15, Paulus katakan : “jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”. Jadi, saudara lihat, untuk dapat memperdaya orang percaya maka setan dan pelayan-pelayannya harus hidup dengan kecenderungan kepada kebenaran. Saya katakan “kecenderungan”, artinya seperti memihak kepada kebenaran namun tidak sesungguhnya. Mengapa? Karena ia harus menampilkan dirinya sebagai pelayan kebenaran. Memandang hal ini, saya mengerti dengan baik mengapa Yesus begitu keras menegur orang-orang farisi. Mengapa? Inilah yang Yesus katakan : “demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Matius 23 : 28). Ini hidup yang mengerikan, hidup yang hanya memiliki kecenderungan kepada kebenaran namun sejatinya bukanlah demikian dan bukankah ada begitu banyak dari antara kita orang Kristen yang hidupnya demikian?. Marilah kita jujur di sini agar kita diselamatkan Tuhan oleh kasih karunianya. Terimalah teguran yang dapat menyelamatkan kita.
Jadi, bukan hanya memiliki kecenderungan kepada kebenaran namun demikianlah jati diri kita adalah kebenaran. Kita hidup di dalamnya dan menjadi budak dari kebenaran. Seolah-olah untuk menegaskan hal ini, Paulus berkata : “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5 : 21)”. Terjemahan yang lebih baik bukanlah : “supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” namun “supaya dalam Dia kita menjadi kebenaran dari Allah”. Inilah pointnya : “menjadi kebenaran dari Allah”. Jadi siapakah orang Kristen itu? “kebenaran dari Allah”. Apa maksudnya hidup dalam kekudusan?. Hidup sebagai kebenaran dari Allah. Sangat menyentuh bukan?, melihat apa yang Allah kerjakan bagi kita?.

Menjadi Kristen berarti menjadi kebenaran dari Allah
Ini yang sejak awal ingin saya tunjukkan kepada saudara. Kebenaran bukanlah bicara mengenai apa yang kita katakan atau kita akui namun mengenai hidup kita. Hidup kita adalah kebenaran. Kita menjadi kebenaran dari Allah. Itu bermakna kemanapun dan dalam keadaan apapun, kita menjadi kebenaran dari Allah. Ini adalah hidup yang selesai dengan dosa dan yang senantisa diperbaharui oleh Allah. Dikatakan : Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiran mu, dan mengenakan manusia baru (manusia yg dilahirkan kembali), yg telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4 : 22-24).” Inilah artinya ciptaan baru. Inilah hidup baru, hidup yang berbeda sebagaimana kebenaran itu tak ada yang sama dengan ketidakbenaran. Perbedaannya jelas, tak dapat dirancukan dengan istilah dan pendapat-pendapat manusia.
Menjadi kebenaran dari Allah; itulah panggilan kita. Oleh karenanya, sangat menyedihkan jika melihat sebagai seorang kristen begitu banyaknya permintaan maaf yang keluar dari mulut kita. Bukan berarti permintaan maaf itu keliru, bukan begitu. Janganlah sombong, jika kita mengatakan sesuatu yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, kita haruslah meminta maaf. Sudah selayaknya jika kita melakukan suatu kesalahan maka kita meminta maaf namun yang disayangkan adalah jika selama ini kita terus-menerus hidup dengan meminta maaf. Ini menunjukkan ada sesuatu yang salah. Kita adalah kebenaran dari Allah, bagaimana kita terus-menerus minta maaf. Permintaan maaf yang berketerusan berarti kita melakukan kesalahan yang berketerusan. Dalam keadaan semacam ini kemungkinannya hanya dua, bahwa keadaan anda itu dikarenakan Allah itu tidak cukup berkuasa mengubahkan anda ataukah anda yang sebenarnya tidak serius untuk hidup di dalam kebenaran. Kemungkinan yang pertama itu tidaklah mungkin maka kemungkinan ke dualah yang menjadikan hal tersebut.

Allah menciptakan langit dan bumi yang baru dengan kebenaran menetap di dalamnya
Saya sangat mengharapkan kita mau memperhatikan hal ini dengan serius. Mengapa? Karena Allah begitu sangat memperhatikan kebenaran. Begitu cintanya Allah kepada kebenaran sehingga ketika Dia menciptakan langit dan bumi yang baru, kebenaran akan berdiam di sana. Rasul Petrus berkata : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia” (2 Petrus 3 : 9-14). Amin

No comments:

Post a Comment