ANGGOTA KELUARGA ALLAH
(Efesus 2 : 19- 22)
Oleh : Aprys Radja
Kita sedang membahas seri “Kekudusan”
dan dalam 6 sesi pertama, kita sedang berbicara mengenai tujuan dari panggilan
Allah. Nah, hari ini kita akan melihat mengenai tujuan panggilan Allah kepada
kita sebagai umat-Nya, yaitu untuk
menjadi “anggota keluarga Allah”.
“Orang
Kudus” bukanlah gelar namun kenyataan hidup.
Namun sebelum saya membahas mengenai
hal ini, biar kita melihat sedikit mengenai apa itu panggilan Allah kepada
kita. Jika saudara membuka Alkitab saudara dan mencermatinya dengan baik mengenai
kata “kudus” maka saudara tidak akan melewatkan satu ayat yang berharga ini,
yaitu Roma 1 : 7. Dikatakan bahwa kita dipanggil dan dijadikan orang-orang
kudus. Perhatikanlah hal ini. Ketika kita bicara mengenai menjadi orang kudus,
maka kita tidak sedang berbicara mengenai gelar di sini, seperti juga perkataan
“orang Kristen”. Ketika kita berbicara mengenai menjadi orang kudus, kita
sedang berbicara mengenai kenyataan hidup disini. Itulah yang menjadikan mereka
layak disebut demikian oleh Paulus. Dikatakan orang kudus karena hidup mereka
itu kudus. Jika kita meresponi firman Tuhan dengan seluruh hidup kita dan kita
ditransformasikan oleh Allah maka kita akan menjadi orang kudus. Meresponi
firman Tuhan dengan seluruh hidup bermakna saudara siap untuk melepaskan apapun
yang menghalangi saudara dari karya Transformasi Allah tersebut. Saudara harus
memahami hal ini dengan baik. Inilah panggilan kita yaitu untuk menjadi orang
kudusnya TUHAN.
Kita
dipanggil dengan panggilan kudus untuk menjadi orang kudus kepunyaan TUHAN!.
Satu ayat lain yang sangat penting berkenaan
dengan tema besar kita ini adalah 2 Timotius 1 : 9. Apa yang dikatakan di sana?
Bahwa Allah, yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus.
Mengapa disebut panggilan kudus?. Dapatkah saudara memikirkannya?. Hal itu
dikarenakan ia merupakan panggilan untuk kita menjadi kudus. Ini adalah karya
Allah dan Ia akan melaksanakannya jika saudara benar-benar meresponi panggilan
ini dan serius untuk hidup dalam kekudusan.
Saudaraku, saat ini di gereja,
banyak orang yang tidak berani menyebut dirinya orang kudus, kalaupun ada,
mereka dapat mengatakan demikian karena mereka belum lagi mengerti maksud dan
konsekuensi dari perkataan itu. Mengapa tidak ada yang berani? Karena dari
realitas hidup mereka, mereka masih lagi berbuat dosa, masih melawan kehendak
Allah. Tapi tahukah saudara bahwa panggilan keselamatan Allah adalah untuk
menjadi orang kudus kepunyaan-Nya? Jangan bicara mengenai keselamatan jika saudara tidak memandang
serius kekudusan. Kekudusan itu bukanlah sesuatu yang kita hasilkan. Ini adalah
karya Allah, suatu kasih karunia yang Allah tunjukkan di dalam Kristus. Namun
dipihak kita perlu kehendak yang kuat dan sungguh-sungguh akan hal ini, dan dengan demikian, Allah yang
melihat hati kita, menghargainya dan akan mentransformasikan kita.
Mereka
yang mengasihi Allah adalah mereka yang hidup dengan serius dalam kekudusan.
Untuk menghindarkan kita dari
pikiran yang keliru selama ini, yang ada pada kebanyakan kita, marilah kita
melihat sedikit perkataan Paulus di Roma 8 : 28. Paulus berkata : “kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah”. Kebanyakkan orang Kristen suka mengutip ayat ini
dan mungkin juga kita, mengutipnya dengan begitu saja, untuk menghibur diri
kita ataupun orang lain ketika menghadapi kesulitan. Namun perhatikanlah dengan
seksama ayat ini. Ia sedang bicara mengenai kehendak dan rencana Allah.
Perhatikanlah ayat sebelumnya yaitu ayat 27. Dua kata penting dalam ayat ini
adalah orang kudus dan kehendak Allah. Ada orang kudus dan ada kehendak Allah. Jadi,
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
orang-orang kudus-Nya, dan orang-orang kudus ini disebut juga “mereka yang
mengasihi-Nya”. Mengertikah saudara akan hal ini?. Dengan demikian, jika saya
dan saudara tidak serius hidup dalam kekudusan, dapatkah kita disebut sebagai
orang yang mengasihi-Nya? Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya?. Siapakah mereka? Orang-orang
kudus-Nya, yang hidup dalam kekudusan.
Anggota
keluarga Allah adalah “orang-orang kudus”.
Hal ini semakin jelas bagi kita
ketika kita berbicara mengenai topik hari ini, yaitu mengenai menjadi “anggota
keluarga Allah”. Nats acuan kita yaitu Efesus 2 : 19-22. Ini adalah ayat yang
kaya dan saya rasa saya tidak dapat untuk menyampaikan semua kekayaannya pada
hari ini sekaligus. Namun biar kita memandang pada apa yang perlu untuk kita
pahami dengan baik saat ini. Dikatakan pada ayat 19 : “kawan sewarga dari orang
kudus dan anggota-anggota dari keluarga Allah”. 2 hal ini disebutkan bersamaan
bukan hanya untuk menunjukkan bahwa keduanya sejajar dalam pengertian namun bahwa
2 hal ini adalah satu kesatuan.
Jadi, siapakah anggota keluarga
Allah? “orang-orang kudus-Nya”.
Ini adalah suatu istilah lain untuk
menunjukkan bahwa kita adalah kepunyaan Allah, kesayangan-Nya ataupun bagian
dari kerajaan Allah itu sendiri. Ini adalah sesuatu hal yang penting.
Ketika memandang kepada perkataan
ini : “anggota keluarga Allah” maka saudara akan teringat akan satu istilah
yang begitu sangat menonjol di dalam Alkitab berhubungan dengan hal ini, mulai
dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Hal itu adalah kita sebagai “anak-anak
Allah” dan Allah sebagai Bapa kita. Ini adalah gelar yang dikenakan bagi
Israel, Raja Israel, Para Nabi, Daud bahkanKristus dan juga kita. Dan dalam
Perjanjian Baru dikatakan Kristus sebagai yang sulung diantara banyak saudara.
(Roma 8 : 29).
Sikap
dan cara hidup kita menunjukkan siapakah Bapa kita!.
Nah, ada satu hal yang sangat
serius, yang Yesus sampaikan mengenai hal ini dalam ajaran-Nya dan juga dalam
teguran-Nya kepada orang Yahudi. Sebagai contohnya yaitu Matius 5 : 44-45, 48
ataupun seperti Lukas 6 : 36. Apa yang Yesus ingin sampaikan adalah demikian : “jika Allah adalah Bapa kita, jika kita adalah
anak-anak-Nya, jika kita adalah anggota Kelurga Allah maka itu akan tertunjuk
dalam sikap dan cara hidup kita” atau dengan kata lain : “sikap dan cara hidup
kita akan menunjukkan hal itu”. Oleh karenanya, Yesus menegur dengan keras
orang Yahudi akan hal ini di dalam Yohanes 8 : 41-44. Pengakuan apapun yang
keluar dari mulut kita, title atau gelar apapun yang disematkan kepada kita,
itu tidak ada artinya jika tanpa kenyaatan akan hal itu dalam hidup kita.
Biar perkataan ini bergema di dalam
hati kita : “kuduslah kamu sebab Aku Kudus”.
Allah menghendaki hal ini karena
demikianlah IA.
Melakukan
kecemaran berarti menolak Allah!.
Yesus juga pernah mengatakan :
siapakah ibu-Ku, siapakah saudara-saudara-Ku? Atau biar kita ganti demikian : “siapakah
anggota keluarga Allah?” Merekalah yang melakukan kehendak Allah. Dan, apakah
kehendak Allah itu?. 1 Tesalonika 4 : 3 mengatakan “pengudusanmu”. Dan di ayat
7 sekali lagi Paulus katakan : Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa
yang cemar melainkan apa yang kudus. Di ayatnya yang ke-8, Paulus sekali lagi
mengatakan : jika ada yang menolak hal ini maka dia sedang menolak Allah. Dengan
melakukan apa yang cemar tahukah saudara bahwa saudara sedang menolak Allah?
Dosa
dapat menghancurkan bait Allah, Keluarga Allah!.
Masih banyak hal yang dapat kita
lihat dari perikop kita ini namun biar saya selesai disini!
Perhatikan juga Efesus 2 tadi dimana
diberikan gambar mengenai bangunan yang tersusun rapi menjadi bait Allah dengan
para rasul dan para nabi sabagai dasarnya dan Yesus sebagai batu penjurunya.
Namun saya hanya ingin membahas sedikit mengenai hal ini yaitu bahwa ia memberikan
satu gambaran kesatuan dalam keluarga Allah. Bukan hanya jangan menghancurkan
Bait Allah namun juga jangan menghancurkan keluarga Allah, dengan menceraiberaikannya, dengan perpecahan di
dalamnya. Perpecahan dalam keluarga, apapun itu namanya, yang ada hanyalah
kesombongan dan pertengkaran. Dosa harus disingkirkan dan yang berdosa harus di
disiplin. Gereja tidak hancur karena disiplin, keluarga Allah tidak akan hancur
karenanya namun ia akan benar-benar hancur jika dosa tidak ditangani. Dosalah
yang menghancurkan gereja atau kelurga Allah. Saudara tahu bagaimana sebuah
keluarga hancur? Jika tak ada kasih di dalamnya, kasih yang mendalam. Sekalipun
kelihatannya kasih namun tanpa kasih yang tulus dan utuh, semuanya hanya
menjadi kepura-puraan dan itu terbukti dengan tak adanya kuasa di dalam gereja
itu.
Lemahnya
kesatuan dalam gereja menunjukkan betapa lemahnya kualitas-kualitas rohani di
dalam gereja itu.
Sadarkah saudara bahwa
kualitas-kualitas rohani menjadi mungkin di dalam kita melalui hadirat Allah
yang diam ditengah-tengah kita?. Dan di dalam Alkitab, hadirat Allah secara
khusus dikaitkan dengan kesatuan. Maksud saya, jika kesatuan di dalam gereja
itu lemah maka sebenarnya itu juga menunjukkan betapa lemahnya kualitas-kualitas
rohani di dalam gereja itu termasuk juga kekudusan. Biar sekali ini kita
memahaminya dengan baik.
Dan yang terakhir, biar kita jelas
dengan satu hal ini : tidak ada yang namanya sekali anak maka tetap anak atau
sekali selamat maka tetap selamat!. Saudara mungkin adalah anak namun anak
yang dibuang keluar dari dalam kerajaan-Nya pada akhirnya jika saudara tidak
tetap dalam kekudusan-Nya. Ingatlah akan Israel. Mereka adalah anak-anak
Allah namun mereka gagal dan sebagai konsekuensinya, mereka dibinasakan. Biarlah
ini menjadikan kita senantiasa gentar
dihadapan Allah. Amin