Thursday 7 March 2013

SALING MENGUTAMAKAN

SALING MENGUTAMAKAN
(Filipi 2 : 3)

Oleh : Aprys Radja

Kita akan meneruskan pembahasan kita mengenai seri besar kita selama ini. Dan hari ini, kita akan melihat mengenai satu lagi hal yang begitu penting, yang begitu sayang untuk dilewatkan dalam pembahasan kita, mengingat hal ini merupakan salah satu hal yang begitu penting dan sedemikian praktis untuk dipraktekkan di dalam gereja. Hal itu adalah mengenai “saling mengutamakan”.

Sebagaimana yang saudara ketahui bahwa belum lama ini, kami semua berada di daerah Jogja untuk sebuah pertemuan. Setibanya kami di Jogja, kami di hantarkan ke villa dimana kami akan menginap. Dalam perjalanan itu, kami memperoleh seorang driver yang baik, yang dengan semangatnya menceritakan kepada kami kronologis kejadian-kejadian yang belum lama ini terjadi di Jogja. Yang terbaru adalah mengenai meletusnya gunung merapi. Bagi orang ini, sebenarnya, sebelum hal ini terjadi, sudah ada tanda-tanda yang nyata, bahkan binatang-binatangpun merasakannya. Dan sesungguhnya, akibat yang ditimbulkan bagi manusia dapat diminimalkan dan korban yang ada dapat ditanggulangi dengan baik sekiranya masyarakat itu peka dan mau dengan segera melakukan sesuatu.

Ketika mendengar cerita orang ini, satu hal yang saya mengerti. Besarnya dampak dan korban yang ada adalah dikarenakan manusia tidak peka terhadap gejala alam dan tidak menghiraukannya sekalipun gejala tersebut begitu terlihat jelas. Hal ini dengan begitu baik menjelaskan apa yang juga terjadi di dalam hidup rohani kita. Apa yang saya maksudkan adalah bahwa keselamatan saudara dan juga gereja sangatlah bergantung kepada kepekaan saudara terhadap perkara-perkara rohani dan bagaimana saudara meresponinya. Apakah kita peka terhadap apa yang Tuhan sedang ingin sampaikan kepada kita dan juga terhadap kondisi rohani kita.

Dalam banyak kesempatan, memandang kepada bagaimana kondisi orang Kristen akhir-akhir ini, begitu banyaknya orang yang merasa jenuh dan hambar terhadap perkara-perkara rohani merupakan suatu keadaan yang sangat menakutkan. Firman Tuhan yang adalah air kehidupan, yang seharusnya menyegarkan menjadi terasa begitu biasa. Apa yang sebenarnya menjadi masalah dari semua hal ini? Salah satu alasan utamanya, yang tidak dapat kita pungkiri adalah ‘karena kita tidak hidup di dalamnya”, di dalam firman yang kita dengar. Kita mengetahuinya namun itu bukanlah kehidupan kita. Ia bukannya menjadi air yang mengalir keluar dari hidup kita dan menyegarkan orang lain namun malah menjadi air yang tergenang di dalam kita.

Begitu banyaknya orang Kristen yang tidak menyadari bahwa mereka saat ini telah berada di dalam perangkap si jahat. Jika hal-hal rohani telah menjadi sedemikian biasa bagi kita maka berhati-hatilah, kemungkinan besar kita telah jatuh dalam jeratnya. Segeralah bertindak. Jika perkataan seperti kasih, komitmen ataupun kualitas hidup terdengar biasa bagi saudara, maka berhati-hatilah.

Jika saudara tidak menghidupi dengan seutuhnya firman yang saudara dengar dan firman itu tidak hidup di dalam saudara maka berhati-hatilah! Saudara akan mendapati bahwa bukan hanya perkara-perkara rohani akan menjadi terasa biasa bagi saudara, namun hal itu juga akan berdampak kepada hubungan saudara dengan saudara yang lain di dalam tubuh ini. Hubungan itu akan menjadi terasa biasa dan hambar. Saya pastikan bahwa hal ini akan dengan segera terjadi.

Nah, berhubungan dengan hal ini, marilah kita melihat kepada topik kita pada hari ini dan bercermin kepada hal ini untuk melihat kondisi spiritual kita. Hal itu adalah mengenai “saling mengutamakan”. Paulus katakan, “sempurnakanlah sukacitaku dengan ini yaitu bahwa diantara jemaat : “yang satu menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri” atau “utamakanlah satu terhadap yang lain”.

Mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana ini :
Lazimnya, siapa yang kita utamakan dalam hidup kita sehari-hari dan mengapa ia menjadi yang kita utamakan? Atau, orang seperti apakah yang biasanya saudara utamakan, yang saudara anggap penting?

Merenungkan mengenai hal ini, saya teringat bahwa dalam suatu kesempatan, Yesus pernah bertanya kepada murid-murid-Nya : siapakah yang lebih besar, yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan? (Lukas 22 : 27). Mari kita lihat perkataan Yesus ini dari sudut pandang yang lain. Lazimnya, bukankah orang yang duduk makan itu adalah seseorang yang dipandang penting, utama, mulia ataupun terhormat? Bukankah dia adalah seseorang yang berada di atas orang yang melayaninya? Itu berarti dia itu penting, utama dan terpandang, bukan?.

Jadi, jika dalam tubuh ini kita itu adalah seseorang yang minta untuk di layani, maka saudara sekarang paham bahwa itu berarti kita menganggap diri kita itu penting atau lebih utama dari saudara yang lain. Bukan begitu? Namun jika saudara memberi diri untuk melayani saudara yang lain, hal itu berarti saudara menganggap saudara yang lain itu lebih penting dari diri saudara sendiri, dimana saudara mengutamakan dia. Pahamkah saudara akan logika yang sederhana ini? Jadi, yang manakah saudara, orang yang minta untuk dilayani ataukah yang melayani?

Atau mari kita lihat kebiasaan yang kita temui setiap hari di antara kita. Seumpamanya saudara ingin mengadakan sebuah perjamuan makan, siapakah yang akan saudara utamakan untuk saudara undang? Lazimnya, bukankah mereka yang paling minim adalah orang yang mampu membalas kebaikan saudara? Dan sekiranya memungkinkan, maka saudara akan mengutamakan mereka yang dapat mendatangkan keuntungan bagi saudara. Bukankah begitu? Kita berpikir kita sangat rohani ya? Lihatlah dari sikap kita selama ini dan bercerminlah. Tapi apa yang Yesus katakan mengenai hal ini? Teladan apa yang Ia sampaikan? “Undanglah (atau utamakanlah) mereka yang tidak dapat membalas saudara” (Lukas 14 : 14). Mereka yang buta, cacat dan seterusnya.

Jadi, jika saudara cermat memperhatikan maka saudara akan mendapati bahwa dunia ini sebenarnya sedang mengajarkan, mengarahkan dan membentuk diri kita untuk memandang bahwa diri kita sendirilah yang paling penting dan paling utama, bukan orang lain. Bukan begitu?. Dalam suatu kejadian di tuliskan bahwa Yesus mengajarkan sebuah perumpamaan karena Ia melihat tamu-tamu berusaha menduduki tempat kehormatan (Lukas 14 : 7). Dunia ini merangsang ego saudara. Dunia ingin menjadikan anda no 1 di dunia ini dan sebenarnya secara tidak langsung sedang membuat anda melawan Allah karena seharusnya yang berada pada posisi terutama dan pertama, seharusnya adalah Allah.

Allahlah dan kepentingan-Nyalah yang seharusnya menjadi hal yang terutama dalam hidup saudara dan saya. Dan jika benar demikian, maka seperti teladan Yesus, ketika Ia mengutamakan Allah dan kepentingan-Nya maka kepentingan sesamalah yang di diutamakan. Demikian juga, jika mengutamakan kepentingan Kristus maka saudara yang lainlah yang kita utamakan. Perhatikan apa yang Paulus katakan dalam Filipi 2 : 20 -21 “karena tak ada seorangpun, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu sebab semuanya mencari kepentingan sendiri, bukan kepentingan Kristus.

Kemudian jika saudara memperhatikan ayat-ayat sebelumnya, maka saudara akan menemukan sesuatu yang unik. Jika benar kita mengutamakan saudara yang lain maka saudara akan melakukannya dengan rela hati, bukannya dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Jika yang terjadi adalah yang sebaliknya maka saudara benar mengutamakan saudara yang lain namun hanya dalam kata dan itu tidak dengan sepenuh hati. Mengapa? Karena saudara sebenarnya tidak rela jika yang lainlah yang di utamakan (Filipi 2 : 14). Banyak orang Kristen yang tidak menyadari akan hal ini, bahwa dengan melakukan sesuatu yang kelihatannya baik namun di sertai dengan sungutan dan perbantahan menjadikan kita beraib dan bernoda (Filipi 2 : 15) atau tidak layak.

Jadi inilah point ke dua yang ingin saya sampaikan :
Jika benar kita mengutamakan satu terhadap yang lain maka itu haruslah sesuatu yang berasal dan di mulai di tingkat hati. Apa maksud saya? Perhatikan Filipi 1 : 7. Paulus mengatakan kepada jemaat di Filipi : “kamu sekalian ada di dalam hati ku”. Oleh karenanya ia katakan : “setiap kali aku berdoa untuk kamu, aku selalu berdoa dengan sukacita (Filipi 1 : 4). Jadi, jika benar kita mengutamakan saudara kita yang lain maka pikiran dan hati kita adalah tentang apa yang menjadi kebaikan bagi saudara kita itu, “tentang mereka”. Bagaimana mungkin kita mengatakan kita mengutamakan saudara kita sedangkan saudara itu tidak ada dalam hati dan pikiran kita.
                                                                                    
Saudara tahu, bagaimana ketika seseorang sedang jatuh cinta? Maka orang itu ada di dalam hati dan pikirannya, bukankah begitu? Ia akan memikirkan apa yang terbaik yang dapat ia lakukan bagi orang yang ia cintai itu. Jadi, jika kita jatuh cinta terhadap Allah, maka sesama adalah yang kita utamakan karena Allah. Karena Allah begitu peduli terhadap mereka.

Yang terakhir :
Kata ini juga muncul di dalam Filipi 3 : 8, namun di sini diterjemahkan sebagai “lebih mulia”. Di sini Paulus katakan; karena pengenalannya akan Kristus itu lebih mulia daripada apapun maka dia rela kehilangan apapun demi Kristus. Jika kita aplikasikan kata ini kepada jemaat, maka hal ini bermakna bahwa jika sesama adalah yang kita utamakan maka sudah seharusnyalah kita rela untuk kehilangan apapun demi saudara kita itu. Semuanya boleh hilang dari kita namun jangan saudara kita itu karena ia mulia dan berharga bagi kita, kita mengutamakannya. Oleh karena itu, sikap saling menjaga dalam kasih sangatlah penting. Saudara mengutamakan kehidupan rohaninya. Inilah yang terpenting. Apapun demi kesejahteraan rohani saudara kita itu. Inilah yang paling utama; “apa yang dapat kita lakukan untuk kebaikan rohani saudara kita itu”.

Saudara akan dapati bahwa dalam hal saling mengutamakan, dimana saudara yang lain adalah yang pertama, bukan diri saudara, Tuhan akan bekerja dengan lebih melalui saudara dan gereja ini. Saudara bukan saja mengasihi orang itu seperti diri saudara sendiri namun Tuhan akan memampukan saudara untuk mengasihi orang itu jauh lebih dari bagaimana saudara mengasihi diri saudara sendiri selama ini.
Amin

No comments:

Post a Comment