Sunday 17 November 2013

Seri Pengenalan akan Allah

Seri pengenalan akan Allah
Makna Merendahkan Diri
By. Aprys Radja

Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan kita mengenai seri kita, yaitu pengenalan akan Allah. Bagi saya, tidak ada hal dalam hidup kita ini yang begitu penting selain untuk mengenal Allah, untuk hidup dalam suatu hubungan yang sejati dengan Dia. Kerinduan saya adalah bahwa kita masing-masing mau menjadikan hal ini sebagai gol dalam hidup kita dan mengejar-Nya sepanjang hidup kita ini.

Minggu lalu kita telah melihat bahwa mereka yang rendah hatilah yang akan mengalami Tuhan dan akan mengenal-Nya. Merekalah yang akan mengalami Allah secara mendalam dan secara pribadi karena Allah berkenan ditemukan oleh orang-orang yang demikian. Seperti yang dikatakan nats firman Tuhan : “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”, seperti yang kita lihat minggu lalu. Atau apakah yang dikatakan Allah melalui nabi-Nya yaitu Yesaya? : “sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya; Aku bersemayam di tempat tinggi dan ditempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk (Yesaya 57 : 15).

Mengalami Allah dan kualitas hidup.
Ya, masing-masing kita telah mengalami kebaikan Tuhan dalam caranya masing-masing tetapi apakah kita mengalami-Nya secara pribadi, dalam hubungan yang mendalam dengan Dia, dimana Ia menyatakan diri-Nya kepada saya dan saudara sehingga terjadi perubahan dalam hidup kita?. Lalu mengapa saya dan saudara tidak mengalami-Nya dengan cara yang demikian?. Apa yang menjadi masalah-Nya?. Saya sering mengatakan dalam banyak kesempatan bahwa saya meragukan perkataan orang-orang saat ini, yang mengatakan bahwa mereka mengalami Allah secara pribadi namun yang tidak menunjukkan suatu kualitas rohani dalam hidupnya. Maafkan saya jika mengatakan demikian.

Apa masalahnya telah lihat kita mingu lalu!.
Saudara tahu dalam banyak kesempatan di dalam Alkitab, ketika Tuhan menyatakan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya, mereka bukan berada dalam kondisi tertentu. Mereka tidak selalu dalam posisi doa atau penyembahan. Seringkali Tuhan datang menyampaikan firman-Nya kepada mereka ketika mereka dalam perjalanan, ada yang sedang menggembalakan dombanya dan lain sebagainya. Adakah sesuatu yang dapat saudara perhatikan dari fenomena ini?.

Iya, inilah yang ingin disampaikan kepada kita melalui fenomena ini, yaitu apakah kita adalah orang-orang yang kepadanya Allah dapat berkomunikasi, dapat Allah jumpai dan mengalami Dia adalah “mengenai siapa saudara”. Ini bicara tentang jati diri saudara. Saudara bisa saja adalah orang yang rajin beribadah dan melakukan hal-hal agamawi lainnya namun saudara tidak akan menemukan-Nya. Saudara dapat saja membungkuk sedemikian rendah secara fisik namun apakah saudara adalah orang rendah hatinya?. Saudara dapat saja mengatakan hal-hal yang rohani namun apakah saudara adalah orang yang rohani?. Jadi apakah saudara adalah orang yang rendah hati?. Ini yang saya ingin tunjukkan kepada saudara, yaitu bahwa apakah kita dapat bertemu dengan Tuhan atau tidak, dan memiliki hubungan yang hidup dengan Dia atau tidak, sangatlah berkaitan dengan sikap hati saudara, jati diri saudara.

Merendahkan diri terhadap Allah terlihat dalam hubungan dengan sesama.
Ketika kita bicara mengenai merendahkan diri, hal ini bukan hanya berkaitan dengan sikap hati kita terhadap Tuhan namun juga terhadap sesama. Mengapa? Karena seperti apa hubungan kita dengan Tuhan akan tertunjuk dalam sikap kita terhadap sesama. Perhatikan saja apa yang dikatakan kepada kita oleh Rasul Yakobus (Yakobus 4 : 6 dan 10) dan juga Rasul Petrus (1 Petrus 5 : 5-6). Perhatikanlah; Allah menentang orang yang congkak namun mengasihani orang yang rendah hati. Bagaimana mungkin kita dapat menghadap Tuhan dengan hati yang congkak, yang tidak saling menundukkan diri satu terhadap yang lain dan berharap dapat bertemu dengan Dia?. Rasul Petrus katakan : “dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain”.

Teladan Yesus.
Ke dua rasul ini menyatakan pengajaran Yesus dengan baik.
Saudara ingat pada suatu kejadian, para murid mempertengkarkan siapa yang terbesar diantara mereka (Markus 9 : 34) dan kemudian apa yang Yesus katakan? : “Jika seseorang ingin menjadi terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya”. Sekali lagi hal ini terjadi di Markus 10, dan apa yang Yesus katakan : “tidaklah demikian diantara kamu. Barangsiapa ingin menjadi terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayan mu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semua”. Dan Ia melanjutkan : karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10 : 43-45).

Merendahkan diri : “ berpalinglah dari keinginan untuk menjadi terbesar di dunia”.
Dengan kata lain, cara untuk mengalami Allah dan untuk dapat masuk ke dalam kerajaan Allah adalah berpalinglah dari keinginan menjadi yang terbesar di dunia ini. Makanya Yesus katakan jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Bertobat artinya berbalik. Dari apa? Menjadi anak kecil berarti menjadi bukan siapa-siapa. Jadi, berbalik dari apa? Dari keinginan untuk menjadi terbesar. Tapi inilah yang terjadi kepada murid-murid dan juga gereja hari-hari ini. Bayangkan betapa sedihnya hati Yesus ketika melihat gereja-Nya hari ini tidak hidup menurut teladan-Nya. Inilah mengapa Ia menegur mereka di Lukas 6 : 46 – “mengapa kamu berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.  Inilah pikiran kita sebagai orang Kristen saat ini dan itu sangat mengerikan. Menjadi Kristen berarti saya harus menjadi besar di dunia ini, menjadi kepala dan bukan ekor. Dan bagaimana itu maksudnya?.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : kalian ini sedang menuju ke arah yang salah. Yang kalian pikirkan adalah kemuliaan duniawi sedangkan aku sedang menuju kematian (salib), menuju kehinaan duniawi. Makanya salib selalu menjadi batu sandungan bagi banyak orang karena orang-orang tidak bisa memahami  bahwa Yesus datang bukan untuk memuliakan diri-Nya namun untuk merendahkan diri-Nya, karena satu-satunya jalan supaya keselamatan itu bisa digenapi adalah dengan cara merendahkan diri bahkan sampai kepada kematian. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama di bumi ini. Mengapa?, Baca saja Filipi 2 : 5-8. Mengapa? Karena Ia merendahkan diri-Nya bahkan sampai kepada kematian. Inilah caranya ke atas yaitu dengan turun makin ke bawah, makin hina, menjadi hamba bagi semuanya. Tapi tidak sedikit dri antara kita sebagai hamba Tuhan mencari posisi yang menyenangkan dan tinggi di dunia ini. Semuanya ingin terpandang dan kita telah bergerak ke arah yang berlawanan dengan Yesus.

Bahkan sekali lagi Yesus memalukan mereka pada suatu kesempatan. Yesus bertanya kepada mereka “siapakah yang lebih besar, yang duduk makan atau yang melayani?. Bukankah dia yang duduk makan?. Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan (Lukas 22 : 27); atau apakah yang Ia sampaikan di Yoh 13 : 12-14 : “kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan kata mu itu tepat, sebab memanglah Aku Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kaki mu, Aku yang adalah Tuhan dan Guru mu maka kamupun teladanilah itu”. Namun, apakah gereja berfungsi dengan cara yang sama?.
Bagaimana caranya kita menilai kesuksesan?.
Pikiran gereja tentang sukses adalah gedung yang besar dan jemaat yang banyak. Namun Yesus mengukur kesuksesannya lewat ukuran seberapa paham para murid akan jalur kerendahan hati; jalur merendahkan diri. Dan saya ingin melangkah di jalur dan jalan yang sama, yang di lalui oleh Yesus ini. Bagaimana dengan kita?. Sebaiknya kita tidak mengklaim perlakuan khusus bagi diri kita. Inilah maksudnya menjadi anak kecil yaitu anda harus bersedia untuk tidak memiliki status apapun, menjadi bukan siapa-siapa. Bukankah ini artinya menjadi hamba?.

Merendahkan diri bukan cara fungsi dunia ini!.
Nah, satu hal yang akan dengan cepat dapat saudara perhatikan yaitu bahwa ini bukanlah cara fungsi mayoritas tetapi iman kepada Allah. Marilah kita perhatikan, apakah pandangan mayoritas di dunia ini?. Apakah ini cara fungsi mayoritas manusia pada umumnya?. Tidak, semua manusia ingin  naik semakin tinggi namun Yesus ingin kita turun makin rendah. Inilah masalahnya. Bagaimana dengan gereja saat ini?. Sebenarnya apakah kita berfungsi dengan cara ini atau tidak, lebih menunjukkan seperti apa iman kita, apakah kita percaya kepada Allah atau tidak. Jadi, kita tidak berfungsi berdasarkan pandangan mayoritas ataupun pandangan sendiri dalam hidup rohani ini  tapi iman terhadap firman Tuhan. Karena ini bertentangan dengan suara mayoritas, dengan cara fungsi manusia pada umumnya, sebagai akibatnya, saudara akan dipandangg aneh dan di tolak. Merendahkan diri saat ini adalah begitu sulit; bagaimana dengan diri kita?. Siapakah yang akan membela kita?. Percayalah, Tuhan adalah pembela kita. Saudara akan melihat bagaimana Dia akan menjadi Allah  bagi saudara. Amin