Thursday 23 May 2013

KEKUDUSAN



ANGGOTA KELUARGA ALLAH
(Efesus 2 : 19- 22)
Oleh : Aprys Radja


Kita sedang membahas seri “Kekudusan” dan dalam 6 sesi pertama, kita sedang berbicara mengenai tujuan dari panggilan Allah. Nah, hari ini kita akan melihat mengenai tujuan panggilan Allah kepada kita sebagai umat-Nya, yaitu  untuk menjadi “anggota keluarga Allah”.

“Orang Kudus” bukanlah gelar namun kenyataan hidup.
Namun sebelum saya membahas mengenai hal ini, biar kita melihat sedikit mengenai apa itu panggilan Allah kepada kita. Jika saudara membuka Alkitab saudara dan mencermatinya dengan baik mengenai kata “kudus” maka saudara tidak akan melewatkan satu ayat yang berharga ini, yaitu Roma 1 : 7. Dikatakan bahwa kita dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus. Perhatikanlah hal ini. Ketika kita bicara mengenai menjadi orang kudus, maka kita tidak sedang berbicara mengenai gelar di sini, seperti juga perkataan “orang Kristen”. Ketika kita berbicara mengenai menjadi orang kudus, kita sedang berbicara mengenai kenyataan hidup disini. Itulah yang menjadikan mereka layak disebut demikian oleh Paulus. Dikatakan orang kudus karena hidup mereka itu kudus. Jika kita meresponi firman Tuhan dengan seluruh hidup kita dan kita ditransformasikan oleh Allah maka kita akan menjadi orang kudus. Meresponi firman Tuhan dengan seluruh hidup bermakna saudara siap untuk melepaskan apapun yang menghalangi saudara dari karya Transformasi Allah tersebut. Saudara harus memahami hal ini dengan baik. Inilah panggilan kita yaitu untuk menjadi orang kudusnya TUHAN.

Kita dipanggil dengan panggilan kudus untuk menjadi orang kudus kepunyaan TUHAN!.
Satu ayat lain yang sangat penting berkenaan dengan tema besar kita ini adalah 2 Timotius 1 : 9. Apa yang dikatakan di sana? Bahwa Allah, yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus. Mengapa disebut panggilan kudus?. Dapatkah saudara memikirkannya?. Hal itu dikarenakan ia merupakan panggilan untuk kita menjadi kudus. Ini adalah karya Allah dan Ia akan melaksanakannya jika saudara benar-benar meresponi panggilan ini dan serius untuk hidup dalam kekudusan.

Saudaraku, saat ini di gereja, banyak orang yang tidak berani menyebut dirinya orang kudus, kalaupun ada, mereka dapat mengatakan demikian karena mereka belum lagi mengerti maksud dan konsekuensi dari perkataan itu. Mengapa tidak ada yang berani? Karena dari realitas hidup mereka, mereka masih lagi berbuat dosa, masih melawan kehendak Allah. Tapi tahukah saudara bahwa panggilan keselamatan Allah adalah untuk menjadi orang kudus kepunyaan-Nya? Jangan bicara mengenai  keselamatan jika saudara tidak memandang serius kekudusan. Kekudusan itu bukanlah sesuatu yang kita hasilkan. Ini adalah karya Allah, suatu kasih karunia yang Allah tunjukkan di dalam Kristus. Namun dipihak kita perlu kehendak yang kuat dan sungguh-sungguh  akan hal ini, dan dengan demikian, Allah yang melihat hati kita, menghargainya dan akan mentransformasikan kita.

Mereka yang mengasihi Allah adalah mereka yang hidup dengan serius dalam kekudusan.
Untuk menghindarkan kita dari pikiran yang keliru selama ini, yang ada pada kebanyakan kita, marilah kita melihat sedikit perkataan Paulus di Roma 8 : 28. Paulus berkata : “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Kebanyakkan orang Kristen suka mengutip ayat ini dan mungkin juga kita, mengutipnya dengan begitu saja, untuk menghibur diri kita ataupun orang lain ketika menghadapi kesulitan. Namun perhatikanlah dengan seksama ayat ini. Ia sedang bicara mengenai kehendak dan rencana Allah. Perhatikanlah ayat sebelumnya yaitu ayat 27. Dua kata penting dalam ayat ini adalah orang kudus dan kehendak Allah. Ada orang kudus dan ada kehendak Allah. Jadi, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang kudus-Nya, dan orang-orang kudus ini disebut juga “mereka yang mengasihi-Nya”. Mengertikah saudara akan hal ini?. Dengan demikian, jika saya dan saudara tidak serius hidup dalam kekudusan, dapatkah kita disebut sebagai orang yang mengasihi-Nya? Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya?. Siapakah mereka? Orang-orang kudus-Nya, yang hidup dalam kekudusan.

Anggota keluarga Allah adalah “orang-orang kudus”.
Hal ini semakin jelas bagi kita ketika kita berbicara mengenai topik hari ini, yaitu mengenai menjadi “anggota keluarga Allah”. Nats acuan kita yaitu Efesus 2 : 19-22. Ini adalah ayat yang kaya dan saya rasa saya tidak dapat untuk menyampaikan semua kekayaannya pada hari ini sekaligus. Namun biar kita memandang pada apa yang perlu untuk kita pahami dengan baik saat ini. Dikatakan pada ayat 19 : “kawan sewarga dari orang kudus dan anggota-anggota dari keluarga Allah”. 2 hal ini disebutkan bersamaan bukan hanya untuk menunjukkan bahwa keduanya sejajar dalam pengertian namun bahwa 2 hal ini adalah satu kesatuan.

Jadi, siapakah anggota keluarga Allah? “orang-orang kudus-Nya”.
Ini adalah suatu istilah lain untuk menunjukkan bahwa kita adalah kepunyaan Allah, kesayangan-Nya ataupun bagian dari kerajaan Allah itu sendiri. Ini adalah sesuatu hal yang penting.

Ketika memandang kepada perkataan ini : “anggota keluarga Allah” maka saudara akan teringat akan satu istilah yang begitu sangat menonjol di dalam Alkitab berhubungan dengan hal ini, mulai dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Hal itu adalah kita sebagai “anak-anak Allah” dan Allah sebagai Bapa kita. Ini adalah gelar yang dikenakan bagi Israel, Raja Israel, Para Nabi, Daud bahkanKristus dan juga kita. Dan dalam Perjanjian Baru dikatakan Kristus sebagai yang sulung diantara banyak saudara. (Roma 8 : 29).

Sikap dan cara hidup kita menunjukkan siapakah Bapa kita!.
Nah, ada satu hal yang sangat serius, yang Yesus sampaikan mengenai hal ini dalam ajaran-Nya dan juga dalam teguran-Nya kepada orang Yahudi. Sebagai contohnya yaitu Matius 5 : 44-45, 48 ataupun seperti Lukas 6 : 36. Apa yang Yesus ingin sampaikan adalah demikian :  “jika Allah adalah Bapa kita, jika kita adalah anak-anak-Nya, jika kita adalah anggota Kelurga Allah maka itu akan tertunjuk dalam sikap dan cara hidup kita” atau dengan kata lain : “sikap dan cara hidup kita akan menunjukkan hal itu”. Oleh karenanya, Yesus menegur dengan keras orang Yahudi akan hal ini di dalam Yohanes 8 : 41-44. Pengakuan apapun yang keluar dari mulut kita, title atau gelar apapun yang disematkan kepada kita, itu tidak ada artinya jika tanpa kenyaatan akan hal itu dalam hidup kita.

Biar perkataan ini bergema di dalam hati kita : “kuduslah kamu sebab Aku Kudus”.
Allah menghendaki hal ini karena demikianlah IA.

Melakukan kecemaran berarti menolak Allah!.
Yesus juga pernah mengatakan : siapakah ibu-Ku, siapakah saudara-saudara-Ku? Atau biar kita ganti demikian : “siapakah anggota keluarga Allah?” Merekalah yang melakukan kehendak Allah. Dan, apakah kehendak Allah itu?. 1 Tesalonika 4 : 3 mengatakan “pengudusanmu”. Dan di ayat 7 sekali lagi Paulus katakan : Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar melainkan apa yang kudus. Di ayatnya yang ke-8, Paulus sekali lagi mengatakan : jika ada yang menolak hal ini maka dia sedang menolak Allah. Dengan melakukan apa yang cemar tahukah saudara bahwa saudara sedang menolak Allah?


Dosa dapat menghancurkan bait Allah, Keluarga Allah!.
Masih banyak hal yang dapat kita lihat dari perikop kita ini namun biar saya selesai disini!
Perhatikan juga Efesus 2 tadi dimana diberikan gambar mengenai bangunan yang tersusun rapi menjadi bait Allah dengan para rasul dan para nabi sabagai dasarnya dan Yesus sebagai batu penjurunya. Namun saya hanya ingin membahas sedikit mengenai hal ini yaitu bahwa ia memberikan satu gambaran kesatuan dalam keluarga Allah. Bukan hanya jangan menghancurkan Bait Allah namun juga jangan menghancurkan keluarga Allah, dengan  menceraiberaikannya, dengan perpecahan di dalamnya. Perpecahan dalam keluarga, apapun itu namanya, yang ada hanyalah kesombongan dan pertengkaran. Dosa harus disingkirkan dan yang berdosa harus di disiplin. Gereja tidak hancur karena disiplin, keluarga Allah tidak akan hancur karenanya namun ia akan benar-benar hancur jika dosa tidak ditangani. Dosalah yang menghancurkan gereja atau kelurga Allah. Saudara tahu bagaimana sebuah keluarga hancur? Jika tak ada kasih di dalamnya, kasih yang mendalam. Sekalipun kelihatannya kasih namun tanpa kasih yang tulus dan utuh, semuanya hanya menjadi kepura-puraan dan itu terbukti dengan tak adanya kuasa di dalam gereja itu.

Lemahnya kesatuan dalam gereja menunjukkan betapa lemahnya kualitas-kualitas rohani di dalam gereja itu.
Sadarkah saudara bahwa kualitas-kualitas rohani menjadi mungkin di dalam kita melalui hadirat Allah yang diam ditengah-tengah kita?. Dan di dalam Alkitab, hadirat Allah secara khusus dikaitkan dengan kesatuan. Maksud saya, jika kesatuan di dalam gereja itu lemah maka sebenarnya itu juga menunjukkan betapa lemahnya kualitas-kualitas rohani di dalam gereja itu termasuk juga kekudusan. Biar sekali ini kita memahaminya dengan baik.

Dan yang terakhir, biar kita jelas dengan satu hal ini : tidak ada yang namanya sekali anak maka tetap anak atau sekali selamat maka tetap selamat!. Saudara mungkin adalah anak namun anak yang dibuang keluar dari dalam kerajaan-Nya pada akhirnya jika saudara tidak tetap dalam kekudusan-Nya. Ingatlah akan Israel. Mereka adalah anak-anak Allah namun mereka gagal dan sebagai konsekuensinya, mereka dibinasakan. Biarlah ini menjadikan kita senantiasa gentar  dihadapan Allah. Amin